Read this when you have the time

Hey nad, gua banyak kepikiran setelah ngobrol banyak sama lu malem ini dan pepep. You know what? It’s kinda funny, karena kayak gua ngeliat cerminan diri gua aja pas lu cerita-cerita tentang ketakutan-ketakutan lu secara general.

Dan jujur nad, gua ngerasa jauh lebih kenal lu dari obrolan di malem ini daripada beberapa tahun terakhir, lu tau kenapa? Karena I think for the first time bagi gua lu ceritain hal-hal yang lu takutin di hidup ini, and that’s a good thing, it means you’re willing to open up to people around you.

Gua dulu persis banget kayak lu, selalu mikirin kemungkinan terburuk dalam skenario apapun itu, semuanya harus berjalan sesuai rencana gua, mostly I blame myself the most ketika apa yang gua pengenin engga sesuai rencana. Banyak hal yang gua pengen lakuin juga kayak kehenti gitu aja karena gua takut aja dapet rejection dari orang-orang, but you know what selama beberapa tahun terakhir gua juga ngerasa sadar akan problem ini di hidup gua, dan gua kayak belajar sedikit-sedikit buat rubah ini.

Gua ngerasa, tiba-tiba gua undang lu acara di Jakarta, tiba-tiba kita ketemu di kawan, dan tiba-tiba kita cerita-cerita hal kayak gini, maybe it’s meant to be. Mungkin Tuhan bilang “Kenny you have to tell Nada what you know”. So that’s why I’m writing this letter for you, karena mungkin kalau gua lebih bisa ungkapin apa yg gua mau utarain di tulisan (Don’t worry it’s private, cuman lu yang bisa buka).

Awal banget kita ngobrol, gua sebenernya banyak mikir, because I fear rejections. Even pas gua abis follow lu aja gua mikir-mikir terus buat chat lu, I don’t know, tapi gua ngerasa back then gua takut aja kayak ngacauin apapun itu sama lu. Gua takut kayak lu mikir “Apasih nih org freak bgt”, “Apasih gaje banget”, “Apasih boring amat” dan 100 apasih lainnya, because to be honest dulu gua ngerasa kayak I don’t want to missed my chance to actually to get to know you.

Seiring waktu berjalan, gua sadar kalau gua punya vulnerabilities issues, dan gua ngerasa kayak selama beberapa tahun terakhir ini yang gua coba perbaiki buat diri gua. Dan gua ngerasa sedikit-sedikit, I learned to trust life much more, dan gua ngerasa kayak lebih bisa buka potensi gua aja sih. Gua akhirnya sadar, kalau gak semua hal di hidup kita itu bisa kita kontrol, and that’s fine.

Gua ngerti banget pas lu bilang lu pengen preparing masa depan dengan sebaik-baiknya karena lu takut something bad happening to you. Tapi faktor-faktor X di luar sana itu, itu hal-hal yang gabisa kita kontrol, and that’s totally fine ketika ada hal yang gak sesuai sama rencana kita, bukan berarti kita gak layak dapetinnya ataupun kita kurang kerja keras, it’s just how it is in life sometimes.

Lu inget gak pas kita lebih sering ngobrol gua sering bilang ke lu “I’m proud of you”? Ada dua hal kenapa gua sering bilang hal itu ke lu. Pertama, karena gua bener-bener ngerasa proud of you, gua juga pernah cerita ke lu kalau everytime I see misal Erha store atau apa, gua selalu bilang ke temen-temen gua “Hey, my friend worked here” bla bla bla, that’s how proud I am to you. Alasan gua kedua, karena I don’t really care about your reply, awalnya gua takut kalau gua bales gini, gua takut kayak nanti lu ilfeel atau apalah. Tapi pada akhirnya gua sadar that life’s too short, dan sayang aja kalau kita gak lakuin hal yang bener-bener kita mau karena takut aja. Because in the end, apapun respon lu, itu hal yang gabisa gua kontrol.

Salahsatu ketakutan gua juga sama kayak lu, gua takut kalau gua jadi orang tua, gua takut gabisa sebaik orang tua gua. That’s why gua banyak baca-baca tentang parenting dll. Dari banyak hal yang pengen gua ajarin ke anak gua, hal yang paling penting itu ngajarin ke dia nantinya bahwa “It’s life, things sometimes doesn’t goes according to your plan, but that’s okay, you don’t have to feel bad about it” Karena gua ngerasa seberapa well-prepared gua jadi orang tua, rejections will comes to my children eventually, dan pada akhirnya gimana skill mereka bisa recover dan gak harus takut tentang hal itu yang penting kalau menurut gua.

Nad you’re amazing, dan gua ngerasa there’s nothing wrong with you, and I love talking with you very much, you’re fun. The fact that pepep masih sering ngajakin lu main, pengen ngobrol sama lu dan lain-lain, it’s because you’re something. The fact that I’m writing this letter for you at 3am in the morning it’s because after all these times, I care about you. Gua yakin kalau gua sama pepep di halaman yang sama aja kalaupun bilang “We are proud of you” liat di posisi lu sekarang, but imagine this, how high will you fly if you afraid a little less of the outcomes? I’m sure the sky isn’t the limit for you.

Gua gak bilang gini karena gua experts, ataupun ada yang salah di diri lu yang harus diperbaiki, I’m simply nulis ini semua karena gua gak ngerasa sama banget kayak lu sebelumnya, dan terkadang hal-hal itu ngehambat gua sendiri juga. Setelah bertahun-tahun coba rubah dikit-dikit tentang vulnerabilities issues ini, gua sadar kalau bukan gua doang yang punya ketakutan semacem ini, tapi banyak orang diluar sana juga yang punya, gua juga gapernah sadar apa ini sebelum gua nemu Dr. Brene Brown yang jelasin hal ini, dan gua rasa kalau lu ada waktu senggang coba puter videonya, trust me it’s worth it.

Kalaupun ada yang gua harepin dari nulis ini, I do hope you trust life a bit more, and be afraid a little less. Once again you’re doing great, dan lu gaharus bales apa-apa BECAUSE I KNOW HOW MUCH YOU HATE TEXTING, I understand. Dan kalaupun lu baca sampai bawah sini, I’m sorry for the long text, I hope you don’t get bored of it. Ciaoo~